PENDAHULUAN
Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dilakukan secara menyeluruh.
Asuhan pada bayi 2-6 hari juga harus diinformasikan dan diajarkan kepada orang
tua bayi, sehingga saat kembali ke rumah orang tua sudah siap dan dapat
melaksanakannya sendiri.
Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di
Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10
juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan sejak lahir tanpa memberikan makanan dan
minuman tambahan kepada bayi
Pemberian ASI saja cukup. Pada periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi bayi
baik kualitas maupun kuantitas terpenuhinya dari ASI saja, tanpa harus
diberikan makanan ataupun minuman lainnya. Pemberian makanan lain akan
mengganggu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap.
Bayi mulai memiliki pola eliminasi pada minggu kedua kehidupannya. Orang
tua harus mengetahui pola eliminasi bayinya agar mengetahui keadaan bayi.
Membuat
Rencana Asuhan Bayi 2-6 Hari
Pada hari 2-6 setelah lahir ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi.
Asuhan pada bayi 2-6 hari ini harus di informasikan dan diajarkan kepada orang
tua agar orang tua pada saat di rumah tidak salah dalam merawat bayinya. Asuhan
yang dapat diberikan kepada bayi yaitu :
1.
Minum (Pemberian ASI)
ASI memiliki konsentrasi zat besi, kalsium dan zink yang sangat rendah.
Namun, semua unsur ini memiliki bioavibilitas sangat tinggi sehingga, diaborpsi
secara efisien. Bayi-bayi yang mendapatkan ASI tidak memerlukan suplemen zat
besi sampai usia 4-6 bulan, ketika simpanan prenatal telah habis digunakan
untuk pertumbuhan yang pesat.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak
bisa digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam
menghasilkan manusia yang berkualitas. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan
terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun
sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini
sebelum usia enam bulan.
A.
Manfaat Pemberian ASI
a.
Manfaat ASI bagi bayi
1)
ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang
dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang
paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitas.
2)
ASI meningkatkan daya tahan tubuh
ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama (IgA) untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare.
3)
Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu maka akan merasakan
kasih sayang ibunya. Ia juga merasa aman dan tentram, terutama karena masih
dapat mendengarkan detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi membentuk kepribadian yang percaya diri.
4)
ASI menurunkan terjadinya risiko alergi
5)
ASI menurunkan risiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare.
Laktobasilus berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan
seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi. Laktoferin
bermanfaat menghambat bakteri stafilokokus dan jamur kandida
b.
Manfaat ASI bagi ibu
1)
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya
perdarahan setelah melahirkan akan berkurang karena apabila ibu menyusui
terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontraksi sehingga
perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2)
Mengurangi terjadinya anemia
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena
menyusui mengurangi perdarahan.
3)
Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang murah, selama ibu memberi ASI
eksklusif dan belum haid maka menyusui akan berguna sebagai alat kontrasepsi.
4)
ASI lebih praktis
Ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan
seperti botol, kaleng susu formula, air panas dan lain-lain.
5)
ASI lebih murah
Ibu tidak harus selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya.
c.
Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol
susu, kayu bakar, atau minyak untuk merebus air, susu ataupun peralatan.
2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih
sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi
akan sakit.
3) Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
4) Lebih praktis ketika akan bepergian, tidak perlu
membawa botol, susu, air panas, dan lain-lain.
B.
Peran Bidan dalam Pemberian ASI
1)
Memberikan konseling kepada ibu
Konseling yang dapat diberikan kepada ibu
yaitu :
a. Biarkanlah bayi memperoleh kolostrum saat
menyusu
b. Hindarkan pemberian makanan pralaktal (air
gula, air putih, madu, dll) sebelum ASI keluar, tapi usahakan bayi menghisap untuk merangsang
produksi ASI.
c. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar
-
Sebelum
menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar
areola payudara.
-
Bayi
dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu
-
Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
-
Perut
bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
-
Membuka
mulut bayi dengan cara menyentuh pipi atau mulut bayi.
-
Setelah
bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
-
Menyusui
pada satu payudara sampai terasa kosong, setelah itu diganti dengan payudara
yang satunya. Setiap payudara 15-25 menit.
-
Cara
melepas isapan bayi ari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut/dagu bayi ditekan ke bawah.
-
Setelah
selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan disekitar areola payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
-
Menyendawakan
bayi
d.
Berikan hanya ASI saja selama 6 bulan pertama.
e.
Berikan ASI tanpa dijadwalkan terutama selama 6 bulan pertama.
f.
Bagi ibu yang bekerja maka beritahu ibu cara menyimpan ASI dan memberikan ASI.
Ketahanan ASI perah menurut tempat
penyimpanan
1)
ASI yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar/luar akan bertahan 6-8 jam
pada suhu 260C atau lebih rendah.
2)
ASI yang telah dikeluarkan dan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24
jam.
3)
ASI yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam dimana tempat
yang terdingin tahan 3x24 jam
4)
ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri tahan 3
bulan
5)
ASI yang disimpan di freezer dengan satu pintu tahan 2 minggu
6)
ASI yang disimpan di deep freezer akan tahan 6-12 bulan.
g.
Memberitahu ibu lama dan frekuensi menyusui
Ibu harus menyusui sesering mungkin
kapan pun bayi menginginkannya. Artinya, paling tidak setiap 2-3 jam sekali dan
setiap 4-5 jam di malam hari dari 8-12 kali menyusui selama 24 jam.
Semakin sering bayi menyusu maka ASI yang
di produksi pun akan semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh stimulasi maksimum
dari reseptor-reseptor prolaktin yang akan memicu produksi ASI dalam jumlah
sebanyak mungkin
h.
Memberitahu tanda bayi yang cukup ASI
-
Bayi
BAK setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.
-
Bayi
BAB berwarna kekuningan “berbiji”
-
Bayi
tampak puas
-
Bayi
setidaknya menyusu 8-12 kali dalam 24 jam
-
Payudara
ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
2)
Memberikan dukungan psikologi
Untuk
menimbulkan rasa percaya diri pada ibu maka bidan dan petugas kesehatan
hendaknya memotivasi agar :
a. Ibu yakin bahwa dapat memproduksi ASI yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi.
b. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku
bayi dan bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
Dukungan psikologis dapat diperoleh
melalui :
a. Keluarga terdekat, terutama anggota keluarga wanita
yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui.
b. Suami yang mengerti
bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, merupakan dorongan yang baik
untuk ibu agar lebih berhasil menyusui.
c. Kelompok pendukung ASI
d. Petugas kesehatan. Peranan petugas kesehatan sangat penting
untuk membantu ibu-ibu menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
2.
BAB
Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja masih mekonium dan normalnya
bayi BAB paling sedikit 1x sehari. Untuk membersihkannya gunakan air bersih
hangat dan sabun. Frekuensi BAB normal bervariasi pada satu bayi dengan bayi
lain. Pada bayi yang hanya diberi ASI, rata-rata 3-6 kali BAB. BAB bayi yang
diberi ASI umumnya berwarna kuning emas. Frekuensi BAB tidak normal yaitu
setelah 2 hari tidak BAB atau BAB tiga hari 1 kali dan lebih dari 7 kali
sehari.
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama.
Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya
mekonium) dikeluarkan sejak ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang
diberikan makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan tinja daripada bayi
yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna
kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Bagi bayi apabila
defekasi setelah diberi makan defekasi 1 x 3 atau 4 hari walaupun demikian
konsistensi tinja tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum
susu botol berbentuk namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau
yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan
berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6x defekasi setiap hari (1x defekasi
setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2x sehari. Bayi mulai memiliki pola
defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat tinja
bayi akan menyerupai tinja orang dewasa.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair,
hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang
dikonsumsinya atau susu tercampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan
mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI
yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah feses
yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya
karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaanya memang
belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila
mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau keluhan lain dan jumlahnya
sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada bayi.
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam pertama setelah lahir.
BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket
seperti aspal yang merupakan produk dari sel – sel yang diproduksi dalam
saluran cerna selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam 24 jam
penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau
tidak. Frekuensi BAB yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu.
Peran bidan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Mengobservasi frekuensi, konsistensi
dan warna dari BAB bayi.
b. Memberitahu ibu agar segera mengganti
popok apabila bayi BAB
c. Memberitahu ibu pola BAB bayi yang
benar
d. Memberitahu ibu cara mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
3.
BAK
Bayi secara normal akan buang air kecil sebanyak 6-10x sehari. Hal ini
sulit diketahui jika bayi menggunakan popok sekali pakai yang dapat menampung
banyak air seni. Oleh karena itu jika ditemui keraguan maka disarankan untuk
menggunakan popok dari kain.
Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa
belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah
kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tapi bayi baru lahir
mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 jam. Berkemih sering terjadi setelah
periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine kuning jernih menunjukkan
masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah
BAK harus diganti.
Petugas kesehatan dan orang tua harus mengetahui pola BAK yang normal agar
mengetahui asupan cairan yang masuk sesuai atau tidak.
Peran bidan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Mengobservasi frekuensi dan warna
dari BAK bayi.
b. Memberitahu ibu agar segera mengganti
popok apabila bayi BAK
c. Memberitahu ibu pola BAK bayi yang
benar
d. Memberitahu ibu cara mengobservasi
frekuensi dari BAK bayi.
4.
Tidur
a. Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi
normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat dan pastikan
bayi tidak terlalu panas atau dingin. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan
rata-rata tidur selama 16 jam sehari
b. Pola tidur bayi masih belum teratur karena
jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan – lahan akan bergeser sehingga
lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan
gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur
bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya
hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu
tidur setiap malamnya. Sehingga orang tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya
sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur
malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidur pun semakin berkurang,
kira-kira 3 kali dan terus berkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan,
menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan
total jumlah waktu tidur berkisar antara 12 – 14 jam.
Pastikan
bayi tidur dengan aman :
a. Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu
empuk. Pasang seprei atau alas dengan cermat agar tidak mudah lepas
b. Jangan merokok disekitar bayi
c. Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam
membuntal bayi ketika tidur.
5.
Kebersihan Kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi
seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi.
6.
Keamanan
Hal-hal yang harus di
perhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan dengan tetap menjaganya,
jangan meninggalkan bayi tanpa adanya menunggu. Selain itu, perlu dihindari
untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan
jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi.
7.
Tanda-tanda Bahaya
Tanda-tanda
bahaya dibagi menjadi dua:
1.
Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu
- Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
- Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas tambahan.
- Letargi : bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
- Warna kulit abnormal/ bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning.
- Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
- Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
- Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau berdarah/ lender.
- Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.
- Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.
- Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit
- Kehangatan terlalu panas ( > 38° c atau terlalu dingin < 36Âșc )
- Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
- Pemberian makan, hisapan lemah , mengantuk berlebihan, banyak muntah.
- Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
- Tinja/ urin, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
- Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang. menangis terus menerus.
Rencana
asuhan:
1. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam
(paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
2. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
3. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering
dengan mengambil popok dan selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak
terlalu panas dan terlalu dingin ( dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa
kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang
dimasukkan ke dalam mulut bayi harus bersih.
4. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan
kering.
5. Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan
bersama bayi.
6. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan
minta bantuan jika perlu.
7. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan
penyakit atau infeksi.
8. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit
atau menyusu kurang baik.
8.
Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
1.
Perawatan tali pusat
Telah banyak di lakukan uji
klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi
peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan
membersihkan luka hanya dengan air bersih.
Negara-negara yang beriklim
tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya populer dan terbukti
efektif untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan mudah
menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.
Cara yang paling efektif adalah
dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan hanya di bersihkan
setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban
pada kulit bayi.
2.
Pemberian ASI
3.
Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibu secepat
mungkin, karena kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka
menghangatkan serta mempertahankan panas tubuh bayi. Apabila suhu bayi <36,5oC
segera hangatlah bayi dengan teknik metode kangguru.
4.
Tanda-tanda bahaya
Jika muncul tanda-tanda bahaya,
ajarkan ibu untuk:
a. Memberikan penolongan
pertama sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan.
b. Membawa bayi ke RS
atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan segera.
5.
Imunisasi
Suatu cara memproduksi imunitas
aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara
memasukkan suatu zat dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
6.
Perawatan harian atau
rutin.
7.
Pencegahan infeksi
dan kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
A.Alimul. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: EGC. 58-9.
Novianti R. Cara
dahsyat memberikan ASI untuk bayi sehat dan cerdas. Yogyakarta: Octopus.
2009. Hal.10-34.
Bina Gizi
Masyarakat. Pedoman pemberian makanan bayi dan anak dalam situasi darurat.
Jakarta : 2007. 4-7.
Puspitorini I. Panduan
lengkap perawatan bayi dan anak. Yogyakarta: Diglossia Media. 2007.50-1.
Varney, Helen. Buku
ajar asuhan kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC, 2007.936-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar