KONSEP ASUHAN NEONATUS,
BAYI, DAN ANAK BALITA
A.
ADAPTASI
BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS
Bayi baru lahir akan mengalami beberapa penyesuaian
fisik agar dapat hidup di luar rahim. Sebagian besar prinsip penanganan segera
dan perawatan selanjutnya untuk bayi baru lahir adalah berdasarkan pada
perubahan – perubahan yang dialami bayi tersebut.
Tanpa upaya apapun dari pihaknya janin sudah
dilengkapi dengan segala kebutuhannya: oksigen, makanan, kehangatan, dan
perlindungan. Janin tidak perlu mengatasi sendiri mikroorganisme penyebab
infeksi dan juga ia tidak pernah merasa lapar atau tidak nyaman.
Ketika proses persalinan dimulai, janin akan
mengalami penderitaannya yang pertama setelah semua kebutuhan tersebut tidak
dipenuhi. Dengan terjadinya kontraksi dan retraksi uterus, pasokan darah oleh
plasenta berangsur – angsur berkurang. Sesudah selaput amnion pecah dan cairan
amnion mulai keluar, janin akan mengalami tekanan langsung dari uterus yang
berkontraksi dan juga tekanan dari jalan
lahir tersebut. Janin juga merasakan tekanan yang menahannya dari dasar
panggul.
Segera setelah dilahirkan, bayi mengalami penurunan
pasokan oksigen dan juga penurunan suhu tubuh. Ia juga akan mengalami kejutan
cahaya dan suara yang baginya sangat keras. Dalam waktu yang relative singkat
seorang bayi baru lahir harus beradaptasi dengan proses mendapatkan dan mencerna
makanan bagi dirinya sendiri. Selain
itu, harus menghadapi mikroorgaisme penyebab infeksi sementara
kemampuannya untuk mengatasi infeksi masih rendah.
Jadi, perawatan awal dan berkelanjutan bagi bayi
baru lahir ketika ia menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah merupakan
faktor yang penting untuk mencapai kualitas hidup yang baik.
(Helen
Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:48-49)
Respirasi
Proses respirasi
terlaksana melalui reaksi terhadap stimulasi pusat pernafasan dalam medulla
oblongata oleh kadar karbon dioksida yang tinggi.Faktor lain yang membantu
onset respirasi adalah : dinding dada yang tadinya terpampat jalan lahir,
kemudian secara mendadak mengembang sehingga membuat udara mengalir masuk ke
dalam dada dan suhu yang berubah atau syok akibat penanganan yang dilakukan
pada dirinya dapat menyebabkan bayi tersebut menarik nafas dengan cepat.
Beberapa tarikan nafas yang pertama
memerlukan upaya yang 5 kali lebih berat dari upaya yang dibutuhkan untuk bernafas biasa. Udara
dari luar harus dihisap untuk mengembangkan alveoli yang belum mengembang di
dalam paru – paru yang tadinya padat, upaya ini diperlukan agar terjadi
oksigenasi otak. Setelah upaya inisial yang pertama itu bayi biasanya akan
menarik nafas dengan cepat dan kemudian menangis sebentar. Tangisan akan
mengembangkan paru dengan baik sehingga kita tidak usah mencegahya. Selain itu tangisan
juga tidak boleh dibiarkan terlalu lama akibat penanganan dan stimulasi yang
kuat. Bayi yang baru lahir akan bernafas lebih cepat dan biasanya frekuensi
pernafasannyasedikit melebihi 40kali/menit. Untuk membantu pernafasannya, bayi
akan menggunakan otot- otot perut, irama pernafasan biasanya tidak teratur
selama beberapa jam setelah lahir.
(Helen
Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:49)
Sirkulasi
Struktur temporer sirkulasi janin
harus menutup agar terjadi sirkulasi yang efektif bagi kehidupan bayi di luar
rahim. Penutupan struktur tersebut bergantung pada onset respirasi.
Paru
– paru akan mengembang dengan dimulainya respirasi, dan pengembangan paru –
paru ini akan membuka pulmonary capillary bed sehingga terjadi tekanan
negative. Sehingga darah mengalir dari arteri pulmonalis lewat paru – paru bagi
keperluan oksigenasi. Duktus arteriosus akan berkontraksi dengan mengembangnya
paru – paru dan akhirnya akan menjadi ligamentum penyangga di dalam toraks.
peningkatan aliran darah ke paru – paru mengurangi tekanan pada jantung sisi
kanan dan meningkatkan tekanan pada jantung sisi kiri. Sehingga tekanan dari
kedua jantung sama besarnya dan ovale tidak lagi dipaksa terbuka dan dengn
demikian lubang ini akan menutup.
Pembuluh
darah umbikalis akan berkontraksi saat lahir. Bekuan darah akan terbentuk dalam
arteri serta vena umbilikalis dan dalam duktus venosus serta arteri
hipogastrika. Keempat struktur ini tinggal sebagai jaringan fibrosa.
((Helen Farrer.Perawatan
Maternitas.2001.Hal:49-50))
Pengaturan Panas
Bayi baru lahir memiliki keterbatasan dalam mengatur
suhu tubuhnya sehingga memiliki ancaman bahaya hipotermial. Factor – factor
penting yang harus dipertimbangkan dari bayi baru lahir adalah :
1. Produksi
panas jelek karena metaboliknya rendah
2. Akan
terjadi perubahan suhu yang dramatis pada bayi yang dilahirkan di ruangan berpendingin yang disesuaikan suhunya
demi kenyamanan ibu. Bayi yang baru lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi
kehilangan panas melelui evaporasi.
3. Permukaan
tubuh bayi lebih luas jika dibandingkan dengan berat badannya
4. Pusat
pengaturan suhu dalam hipotalamus belum sepenuhnya matur sehingga proses
menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan baik.
Pemberian
kehangatan pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga agar suhu aksila bayi
tetap berkisar sekitar 36,50C
((Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:50)
Pencernaan
Sesudah lahir system pencernaan bayi harus dapat
mencerna dan menyerap makanan disamping mengeluarkan sampah metabolik. Bentuk
makanan yang di desain oleh alam untuk memperkenalkan system pencernaan bayi
dengan proses pencernaan adalah kolostrum. Kolostrum disekresikan oleh payudara
selama kehamilan dan dalam 2 – 3 hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum
lebih kental dan lebih kuning dari pada ASI sebenarnya, kolostrum memiliki
nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna, mengandung vitamin, dan zat kekebalan
dan berfungsi sebagai pencahar atau laksan.proses mengambil dan mencerna
makanan akan menstimulasi peristalsis usus serta menghasilkan pengaliran
mekonium. Mekonium merupakan bahan seperti ter berwarna hijau yang terbentuk di
dalam usus sejak minggu ke 16 kehamilan.
(Helen Farrer.Perawatan
Maternitas.2001.Hal:50)
Imunitas
Bayi yang matur telah memperoleh antigen dan
imunitas pasif dari ibu terhadap jenis – jenis infeksi tertentu dalam waktu
enam minggu atau lebih sebelum dilahirkan. Setelah lahir diperlukan waktu
beberapa minggu sebelum imunitas aktif terbentuk. Proses kelahiran sendiri
dimulai dengan pecahnya kantong amnion dan seterusnya, akan membuat janin
terpajan dengan mikroorganisme baru. Candida
albicans, gonococcus dan herpes virus
dapat dijumpai dalam vagina. Begitu lahir bayi cenderung bertemu dengan stappilococcus aureus, suatu mikroorganisme dimana resistensi bayi
terhadapnya sangat rendah. Untuk mengimbangi status imunologi yang belum
berkembang dengan baik, maka pengawasan antenatal yang cermat, pemeriksaan
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau terapi mengatasi infeksi.
((Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:50-51))
Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan
kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas
permukaan glamerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow
relatif kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa.
Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dn lebih panjang
di bandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus digestivus manegandung
zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan di
sebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4
hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus
digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.
Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan glikogen.
Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya ditoksifikasi
hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol
dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
Keseimbangan Asam Basa
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah,
karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis.
B.
PENCEGAHAN INFEKSI
1. Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri
vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
2. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama
persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %,
sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan,
tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat. Yang
lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.
3. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
a.
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan.
c.
Pastikan
bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap,
pakai yang bersih dan baru.
d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut
serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
e.
Pastikan
bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap setelah digunakan).
(Departemen kesehatan RI.2002)
4. Pencegahan
infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah tali
pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kasa kering dan di
bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau
mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka talu pusat, sebab akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain kulit
seklitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk.
Mengawasi dan segera melaporkan kdokter jika pada tali pusat di temukan
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
5. Pencegahan
infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah
terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi,
sehingga menyebabkan terjadi kolonisai mikroorganisme yang ada di kulit dan
saluran pencernaan bayi dengan mikroorganissme ibu yang cendrung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung
dalam air susu ibu.
6. Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi
BCG harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2
minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional,
meskipun pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah resiko
tinggi, pemberian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah
lahir.
C.
RAWAT
GABUNG
Sepanjang sejarah peradaban manusia, perkembangan
menunjukkan adanya perubahan – perubahan yang memisahkan bayi dari ASI yang
dimiliki ibunya. Peningkatan pamor susu formula ditahun 60-an, serta rumor
tidak modern nya ASI serta kebijakan – kebijakan rumah sakit dan system perawatan
yang keliru, menyebabkan makin berkurangnya penggunaan ASI. Dengan pernah
adanya jam – jam tertentu untuk menyusui bayi, dan bayi – bayi yang mempunyai
kamar terpisah dari ibunya serta adanya masa puasa beberapa jam setelah bayi
lahir sebelum diberikan ASI, menunjukkan penyimpangan telah terjadi dan jauh
dari tujuan memanfaatkan ASI yang sudah diketahui mempunyai banyak keunggulan.
Berdasarkan hal itu maka digalakkan upaya
peningkatan pemakaian ASI melalui RAWAT GABUNG atau ROOMING IN.
Pengertian
Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan
anak bersama – sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu – waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Dalam
pelaksanaannya bayi harus selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai
saatnya pulang. Ini bukanlah hal yang baru. Bahkan didaerah pedesaan hampir
80% ibu melahirkan segera melakukan
rawat gabung dirumahnya masing – masing.
Rawat
gabung dapat bersifat :
1. Kontinu
: dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus
2. Intermitten
: dimana bayi sewaktu – waktu ingin menyusui atau atas permintaan ibunya dapat
dibawa pada ibunya
Tujuan Rawat Gabung
1. Bantuan
emosional
Ibu akan senang
bila selalu dekat dengan bayinya. Hubungan ibu dan bayi inisangat penting
ditumbuhkan pada saat – saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan dari
tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayangnya
2. Penggunaan
ASI
Dari segala sudut
pandang ASi adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat
dan makin banyak jika menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada
hari – hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlah nya sedikit.
Tetapi tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit.
3. Pencegahan
Infeksi
Pada perawatan
bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan
melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum yang
mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa
saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama diare.
4. Pendidikan
Kesehatan
Pada saat
melakukan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan
pada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,
merawat tali pusat, melakukan perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik,
merupakan bahan – bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari
tempat tidur,menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi,
sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
(Dr.Soetjiningsih
DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 97)
Pelaksanaan
Rawat Gabung
1. Di
Poliklinik Kebidanan
-
Ibu – ibu diberikan
penyuluhan tentang kebaikan ASI dan perawatan gabung, perawatan payudara,
makanan ibu hamil, perawatan bayi dan lain – lain.
-
Lebih baik bila ada
ruangan untuk memutarkan filmtentang cara perawatan payudara, keluarga
berencana, cara memandikan bayi, merawat tali pusat dan lainnya.
-
Melayani koncultasi
dalam masalah kesehatan ibu dan anak.
-
Membuat laporan bulanan
mengenai jumlah pengunjung, aktifitas – aktifitas, problema yang dijumpai dan
lain sebagainya.
2. Di
Kamar Bersalin
a. Bayi
yang memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir
seperti biasa. kriteria yang diambil sebagai patokan untuk dapat dirawat
bersama ibunya adalah :
-
Nilai Apgar lebih dari
7
-
Berat badan ≥ 2500 gram
< 4000 gram
-
Masa kehamilan > 36
minggu < 42 minggu
-
Lahir spontan
-
Tidak ada infeksi
intrapartum
-
Ibu sehat
-
Tidak ada komplikasi
persalinan baik pada ibu maupun pada bayinya
-
Tidak ada kelainan
bawaan yang berat
b. Dalam
setengah jam setelah bayi lahir,bayi segera disusui kepada ibunya untuk
merangsang pengeluaran ASI.
c. Memberikan
penyuluhan mengenai ASI dan perawatan gabung, terutama bagi yang belum mendapat
penyuluhan di poliklinik.
d. Mengisi
status secara lengkap dan benar
e. Persiapan
agar ibu dan bayinya dapat bersama – sama keruangan
f. Memberitahukan
kepada petugas diruangan perinatologi dan bahwa ada bayi yang akan dirawat
serta pengurusan administrasinya.
ASI petunjuk untuk kesehatan
(Dr.Soetjiningsih
DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 98)
3. Di
ruang perawatan
a. Bayi
diletakkan dalam tempat tidur
yang ditempatkan disamping tempat tidur ibu.
b. Perawat
harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan – keadaan
yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga
c. Bayi
boleh menyusu bila bayi atau ibu menginginkan
d. Bayi
tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa dan sesuai dengan indikasi
medis bayi dapat diberi susu formula dengan menggunakan sendok/ cangkir / pipet
/ sonde lambung.
e. Ibu
harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat
payudaranya.
f. Keadaan
bayi sehari – hari dicatat dalam status
g. Bila
bayi sakit atau perlu observasi lebih teliti maka bayi dipindahkan ke ruang
perawatan khusus bayi baru lahir
h. Bila
ibu dan bayi sudah boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara –
cara merawat bayi dan memberikan ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu
menyusui. Kepada ibu diberikan brosur yang berhubungan dengan itu dan dipesan
agar memeriksakan bayinya satu minggu kemudian
i. Status
yang sudah lengkap, dikirim ke ruangan follow-up (klinik laktasi/poliklinik)
4. Di
ruang poliklinik/ ruangan rawat jalan
Biasanya dilakukan di poliklinik
kebidanan / klinik laktasi.
Pemeriksaan diruangan poliklinik
meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI, yaitu :
a. Menimbang
berat badan bayi
b. Memperhatikan
payudara ibu, apakah ada kelainan yang mengganggu proses laktasi
c. Anamnesis
mengenai makanan bayi yang diberikan serta keluhan yang timbul
d. Mengecek
keadaan ASI
e. Member
nasihat mengenai makanan bayi, cara menyusukan bayi, perawatan payudara,
perawatan bayi dan makanan ibu menyusui
f. Memberikan
peraturan makanan bayi
g. Pemeriksaan
bayi oleh ahli anak
h. Pemberian
imunisasi menurut aturannya
(Dr.Soetjiningsih
DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 99)
Indikasi dan Kontraindikasi Rawat Gabung
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk
dilakukan rawat gabung yaitu sebagai berikut :
|
Indikasi
Rawat Gabung
|
Kontraindikasi
Rawat gabung
|
|
1. Persalinan
spontan Apgar dengan skor diatas 7
2. Berat
2500 – 4000 gram
3. Hamil
aterm ( diatas 36 minggu)
4. Tanpa
infeksi
5. Ibu
sehat dan siap member ASI
6. Bayi
harus memenuhi
a. System
kardiorespirasi yang baik
b. Sehat
tanpa cacat bawaan
c. Reflex
dapat menghisap dengan baik.
|
1. Dari
pihak ibu :
a. System
kardiorespirasi kurang- penyakit jantung
b. Komplikasi
hamil meliputi :
-
Preeklamsia/eklamsia
-
Infeksi akut
-
Karsinoma mama
2. Dari
pihak bayi :
a. Bayi
konvulsi
b. Bayi
sakit berat
c. Bayi
memerlukan terapi dan perawatan khusus
d. BBLR-prematur,
reflex unutk menghisap kurang
e. Cacat
bawaan sehingga tidak bisa menghisap
f. Kelainan
metabolism sehingga tidak dapat menerima ASI
|
(Prof. dr. Ida Bagus
Gede Manuaba.Kepaniteraan klinik obstetrik dan ginekologi.2004.Hal:68-69)
DAFTAR PUSTAKA
-
Farrer,Helen.2001.Perawatan Maternitas.Jakarta:EGC
-
Manuaba,Ida Bagus
Gede.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri
dan Ginekologi.Jakarta :EGC
-
Soetjiningsih.1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar