Jumat, 09 November 2012

konsep asuhan neonatus , bayi ,balita (neonatus)



KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI, DAN ANAK BALITA

A.    ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS

Bayi baru lahir akan mengalami beberapa penyesuaian fisik agar dapat hidup di luar rahim. Sebagian besar prinsip penanganan segera dan perawatan selanjutnya untuk bayi baru lahir adalah berdasarkan pada perubahan – perubahan yang dialami bayi tersebut.
Tanpa upaya apapun dari pihaknya janin sudah dilengkapi dengan segala kebutuhannya: oksigen, makanan, kehangatan, dan perlindungan. Janin tidak perlu mengatasi sendiri mikroorganisme penyebab infeksi dan juga ia tidak pernah merasa lapar atau tidak nyaman.
Ketika proses persalinan dimulai, janin akan mengalami penderitaannya yang pertama setelah semua kebutuhan tersebut tidak dipenuhi. Dengan terjadinya kontraksi dan retraksi uterus, pasokan darah oleh plasenta berangsur – angsur berkurang. Sesudah selaput amnion pecah dan cairan amnion mulai keluar, janin akan mengalami tekanan langsung dari uterus yang berkontraksi dan juga  tekanan dari jalan lahir tersebut. Janin juga merasakan tekanan yang menahannya dari dasar panggul.
Segera setelah dilahirkan, bayi mengalami penurunan pasokan oksigen dan juga penurunan suhu tubuh. Ia juga akan mengalami kejutan cahaya dan suara yang baginya sangat keras. Dalam waktu yang relative singkat seorang bayi baru lahir harus beradaptasi dengan proses mendapatkan dan mencerna makanan bagi dirinya sendiri. Selain  itu, harus menghadapi mikroorgaisme penyebab infeksi sementara kemampuannya untuk mengatasi infeksi masih rendah.
Jadi, perawatan awal dan berkelanjutan bagi bayi baru lahir ketika ia menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah merupakan faktor yang penting untuk mencapai kualitas hidup yang baik.

            (Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:48-49)
            Respirasi
           
            Proses respirasi terlaksana melalui reaksi terhadap stimulasi pusat pernafasan dalam medulla oblongata oleh kadar karbon dioksida yang tinggi.Faktor lain yang membantu onset respirasi adalah : dinding dada yang tadinya terpampat jalan lahir, kemudian secara mendadak mengembang sehingga membuat udara mengalir masuk ke dalam dada dan suhu yang berubah atau syok akibat penanganan yang dilakukan pada dirinya dapat menyebabkan bayi tersebut menarik nafas dengan cepat.
            Beberapa tarikan nafas yang pertama memerlukan upaya yang 5 kali lebih berat dari upaya yang dibutuhkan untuk bernafas biasa. Udara dari luar harus dihisap untuk mengembangkan alveoli yang belum mengembang di dalam paru – paru yang tadinya padat, upaya ini diperlukan agar terjadi oksigenasi otak. Setelah upaya inisial yang pertama itu bayi biasanya akan menarik nafas dengan cepat dan kemudian menangis sebentar. Tangisan akan mengembangkan paru dengan baik sehingga kita tidak usah mencegahya. Selain itu tangisan juga tidak boleh dibiarkan terlalu lama akibat penanganan dan stimulasi yang kuat. Bayi yang baru lahir akan bernafas lebih cepat dan biasanya frekuensi pernafasannyasedikit melebihi 40kali/menit. Untuk membantu pernafasannya, bayi akan menggunakan otot- otot perut, irama pernafasan biasanya tidak teratur selama beberapa jam setelah lahir.

            (Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:49)

            Sirkulasi
            Struktur temporer sirkulasi janin harus menutup agar terjadi sirkulasi yang efektif bagi kehidupan bayi di luar rahim. Penutupan struktur tersebut bergantung pada onset respirasi.
Paru – paru akan mengembang dengan dimulainya respirasi, dan pengembangan paru – paru ini akan membuka pulmonary capillary bed sehingga terjadi tekanan negative. Sehingga darah mengalir dari arteri pulmonalis lewat paru – paru bagi keperluan oksigenasi. Duktus arteriosus akan berkontraksi dengan mengembangnya paru – paru dan akhirnya akan menjadi ligamentum penyangga di dalam toraks. peningkatan aliran darah ke paru – paru mengurangi tekanan pada jantung sisi kanan dan meningkatkan tekanan pada jantung sisi kiri. Sehingga tekanan dari kedua jantung sama besarnya dan ovale tidak lagi dipaksa terbuka dan dengn demikian lubang ini akan menutup.
Pembuluh darah umbikalis akan berkontraksi saat lahir. Bekuan darah akan terbentuk dalam arteri serta vena umbilikalis dan dalam duktus venosus serta arteri hipogastrika. Keempat struktur ini tinggal sebagai jaringan fibrosa.

((Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:49-50))

Pengaturan Panas
Bayi baru lahir memiliki keterbatasan dalam mengatur suhu tubuhnya sehingga memiliki ancaman bahaya hipotermial. Factor – factor penting yang harus dipertimbangkan dari bayi baru lahir adalah :
1.     Produksi panas jelek karena metaboliknya rendah
2.     Akan terjadi perubahan suhu yang dramatis pada bayi yang dilahirkan di  ruangan berpendingin yang disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu. Bayi yang baru lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melelui evaporasi.
3.     Permukaan tubuh bayi lebih luas jika dibandingkan dengan berat badannya
4.     Pusat pengaturan suhu dalam hipotalamus belum sepenuhnya matur sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan baik.

Pemberian kehangatan pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga agar suhu aksila bayi tetap berkisar sekitar 36,50C

((Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:50)

Pencernaan
Sesudah lahir system pencernaan bayi harus dapat mencerna dan menyerap makanan disamping mengeluarkan sampah metabolik. Bentuk makanan yang di desain oleh alam untuk memperkenalkan system pencernaan bayi dengan proses pencernaan adalah kolostrum. Kolostrum disekresikan oleh payudara selama kehamilan dan dalam 2 – 3 hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum lebih kental dan lebih kuning dari pada ASI sebenarnya, kolostrum memiliki nilai gizi yang tinggi, mudah dicerna, mengandung vitamin, dan zat kekebalan dan berfungsi sebagai pencahar atau laksan.proses mengambil dan mencerna makanan akan menstimulasi peristalsis usus serta menghasilkan pengaliran mekonium. Mekonium merupakan bahan seperti ter berwarna hijau yang terbentuk di dalam usus sejak minggu ke 16 kehamilan.

(Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:50)

Imunitas
Bayi yang matur telah memperoleh antigen dan imunitas pasif dari ibu terhadap jenis – jenis infeksi tertentu dalam waktu enam minggu atau lebih sebelum dilahirkan. Setelah lahir diperlukan waktu beberapa minggu sebelum imunitas aktif terbentuk. Proses kelahiran sendiri dimulai dengan pecahnya kantong amnion dan seterusnya, akan membuat janin terpajan dengan mikroorganisme baru. Candida albicans, gonococcus dan herpes virus dapat dijumpai dalam vagina. Begitu lahir bayi cenderung  bertemu dengan stappilococcus aureus, suatu mikroorganisme dimana resistensi bayi terhadapnya sangat rendah. Untuk mengimbangi status imunologi yang belum berkembang dengan baik, maka pengawasan antenatal yang cermat, pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau terapi mengatasi infeksi.

((Helen Farrer.Perawatan Maternitas.2001.Hal:50-51))

Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas permukaan glamerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa.


Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dn lebih panjang di bandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus digestivus manegandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan di sebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.

Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.

Keseimbangan Asam Basa
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis.












B.    PENCEGAHAN INFEKSI
1.     Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.

2.     Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir.

3.     Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
a.       Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
b.     Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c.      Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d.     Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
e.      Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan).

(Departemen kesehatan RI.2002)
4.     Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kasa kering dan di bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka talu pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain kulit seklitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan kdokter jika pada tali pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.

5.     Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisai mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganissme ibu yang cendrung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.

6.     Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan  secara bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pemberian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.


C.    RAWAT GABUNG

Sepanjang sejarah peradaban manusia, perkembangan menunjukkan adanya perubahan – perubahan yang memisahkan bayi dari ASI yang dimiliki ibunya. Peningkatan pamor susu formula ditahun 60-an, serta rumor tidak modern nya ASI serta kebijakan – kebijakan rumah sakit dan system perawatan yang keliru, menyebabkan makin berkurangnya penggunaan ASI. Dengan pernah adanya jam – jam tertentu untuk menyusui bayi, dan bayi – bayi yang mempunyai kamar terpisah dari ibunya serta adanya masa puasa beberapa jam setelah bayi lahir sebelum diberikan ASI, menunjukkan penyimpangan telah terjadi dan jauh dari tujuan memanfaatkan ASI yang sudah diketahui mempunyai banyak keunggulan.
Berdasarkan hal itu maka digalakkan upaya peningkatan pemakaian ASI melalui RAWAT GABUNG atau ROOMING IN.

            Pengertian Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama – sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu – waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang. Ini bukanlah hal yang baru. Bahkan didaerah pedesaan hampir 80%  ibu melahirkan segera melakukan rawat gabung dirumahnya masing – masing.
Rawat gabung dapat bersifat :

1.     Kontinu : dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus
2.     Intermitten : dimana bayi sewaktu – waktu ingin menyusui atau atas permintaan ibunya dapat dibawa pada ibunya




Tujuan Rawat Gabung

1.     Bantuan emosional
Ibu akan senang bila selalu dekat dengan bayinya. Hubungan ibu dan bayi inisangat penting ditumbuhkan pada saat – saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan dari tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayangnya

2.     Penggunaan ASI
Dari segala sudut pandang ASi adalah makanan terbaik bagi bayi. Dan produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak jika menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada hari – hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlah nya sedikit. Tetapi tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit.

3.     Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung, infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama diare.

4.     Pendidikan Kesehatan
Pada saat melakukan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, melakukan perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan – bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur,menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.

(Dr.Soetjiningsih DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 97)
            Pelaksanaan Rawat Gabung

1.     Di Poliklinik Kebidanan
-        Ibu – ibu diberikan penyuluhan tentang kebaikan ASI dan perawatan gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, perawatan bayi dan lain – lain.
-        Lebih baik bila ada ruangan untuk memutarkan filmtentang cara perawatan payudara, keluarga berencana, cara memandikan bayi, merawat tali pusat dan lainnya.
-        Melayani koncultasi dalam masalah kesehatan ibu dan anak.
-        Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktifitas – aktifitas, problema yang dijumpai dan lain sebagainya.

2.     Di Kamar Bersalin
a.      Bayi yang memenuhi syarat perawatan gabung dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa. kriteria yang diambil sebagai patokan untuk dapat dirawat bersama ibunya adalah :
-        Nilai Apgar lebih dari 7
-        Berat badan ≥ 2500 gram < 4000 gram
-        Masa kehamilan > 36 minggu < 42 minggu
-        Lahir spontan
-        Tidak ada infeksi intrapartum
-        Ibu sehat
-        Tidak ada komplikasi persalinan baik pada ibu maupun pada bayinya
-        Tidak ada kelainan bawaan yang berat
b.     Dalam setengah jam setelah bayi lahir,bayi segera disusui kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI.
c.      Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan gabung, terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik.
d.     Mengisi status secara lengkap dan benar
e.      Persiapan agar ibu dan bayinya dapat bersama – sama keruangan
f.      Memberitahukan kepada petugas diruangan perinatologi dan bahwa ada bayi yang akan dirawat serta pengurusan administrasinya.
ASI petunjuk untuk kesehatan

(Dr.Soetjiningsih DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 98)

3.     Di ruang perawatan
a.      Bayi diletakkan dalam tempat tidur yang ditempatkan disamping tempat tidur ibu.
b.     Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan – keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga
c.      Bayi boleh menyusu bila bayi atau ibu menginginkan
d.     Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. Bila terpaksa dan sesuai dengan indikasi medis bayi dapat diberi susu formula dengan menggunakan sendok/ cangkir / pipet / sonde lambung.
e.      Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat payudaranya.
f.      Keadaan bayi sehari – hari dicatat dalam status
g.     Bila bayi sakit atau perlu observasi lebih teliti maka bayi dipindahkan ke ruang perawatan khusus bayi baru lahir
h.     Bila ibu dan bayi sudah boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara – cara merawat bayi dan memberikan ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada ibu diberikan brosur yang berhubungan dengan itu dan dipesan agar memeriksakan bayinya satu minggu kemudian
i.       Status yang sudah lengkap, dikirim ke ruangan follow-up (klinik laktasi/poliklinik)

4.     Di ruang poliklinik/ ruangan rawat jalan
Biasanya dilakukan di poliklinik kebidanan / klinik laktasi.
Pemeriksaan diruangan poliklinik meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI, yaitu :
a.      Menimbang berat badan bayi
b.     Memperhatikan payudara ibu, apakah ada kelainan yang mengganggu proses laktasi
c.      Anamnesis mengenai makanan bayi yang diberikan serta keluhan yang timbul
d.     Mengecek keadaan ASI
e.      Member nasihat mengenai makanan bayi, cara menyusukan bayi, perawatan payudara, perawatan bayi dan makanan ibu menyusui
f.      Memberikan peraturan makanan bayi
g.     Pemeriksaan bayi oleh ahli anak
h.     Pemberian imunisasi menurut aturannya

(Dr.Soetjiningsih DSAK.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.1997. Hal 99)

            Indikasi  dan Kontraindikasi Rawat Gabung
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk dilakukan rawat gabung yaitu sebagai berikut :

Indikasi Rawat Gabung
Kontraindikasi Rawat gabung
1.     Persalinan spontan Apgar dengan skor diatas 7
2.     Berat 2500 – 4000 gram
3.     Hamil aterm ( diatas 36 minggu)
4.     Tanpa infeksi
5.     Ibu sehat dan siap member ASI
6.     Bayi harus memenuhi
a.      System kardiorespirasi yang baik
b.     Sehat tanpa cacat bawaan
c.      Reflex dapat menghisap dengan baik.
1.     Dari pihak ibu :
a.      System kardiorespirasi kurang- penyakit jantung
b.     Komplikasi hamil meliputi :
-        Preeklamsia/eklamsia
-        Infeksi akut
-        Karsinoma mama
2.     Dari pihak bayi :
a.      Bayi konvulsi
b.     Bayi sakit berat
c.      Bayi memerlukan terapi dan perawatan khusus
d.     BBLR-prematur, reflex unutk menghisap kurang
e.      Cacat bawaan sehingga tidak bisa menghisap
f.      Kelainan metabolism sehingga tidak dapat menerima ASI


(Prof. dr. Ida Bagus Gede Manuaba.Kepaniteraan klinik obstetrik dan ginekologi.2004.Hal:68-69)
























DAFTAR PUSTAKA

-        Farrer,Helen.2001.Perawatan Maternitas.Jakarta:EGC
-        Manuaba,Ida Bagus Gede.2004.Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.Jakarta :EGC
-        Soetjiningsih.1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta:EGC







Tidak ada komentar:

Posting Komentar